Terkadang rindu harus dirayakan dalam diam. Menikmati setiap
inchi perih yang dihadirkannya. Seperti luka yang diguyur perasan lemon.
Eksotis. Namun sakit.
Tahukah kau, rindu tak benar serupa dengan judul buku. Ia tak seperti peluru. Ia lebih maut dari segala hal yang bisa membunuhmu, seketika. Dengan dingin, tanpa belas kasih.
Malam ini aku kehilangan diriku, mungkin ia telah pergi menjelajah galaksi. Mengasingkan diri diantara bintang-bintang. Tidak, ia tidak sedang pergi. Ia berdiam disana untuk menjagamu. Berharap ada satu ketika kau menatap langit, tersenyum. Akankah?
Apa yang kutakutkan malam ini? Aku serupa kanak-kanak yang termangu di sudut, berdiam diri. Menantikan yang dia cintai dan tak juga pulang, mungkin tak akan pernah pulang. Selamanya.
Kehilangan itu menakutkan, bahkan ketika itu cuma terjadi dalam benak. Dan tahukah kau, sedetik pun aku tak ingin kehilangan ingatanku padamu. Jadi tinggallah disana lebih lama. Berumahlah disana selamanya.
Sungguh ingin aku menyapamu malam ini, tapi aku tak ingin mengganggu keheningan hidupmu di ujung sana. Terkadang kesunyian harus menjadi milik kita sendiri, bukan.
Selamat tidur peri ajaibku, maafkan aku yang belum bisa terbiasa berpura-pura untuk tak merindukanmu. Jika nanti kau terbangun dan sempat membaca coretan-coretan ini, aku cuma butuh satu senyum darimu untuk tahu bukan cuma aku yang merindukanmu. Semoga.
Tahukah kau, rindu tak benar serupa dengan judul buku. Ia tak seperti peluru. Ia lebih maut dari segala hal yang bisa membunuhmu, seketika. Dengan dingin, tanpa belas kasih.
Malam ini aku kehilangan diriku, mungkin ia telah pergi menjelajah galaksi. Mengasingkan diri diantara bintang-bintang. Tidak, ia tidak sedang pergi. Ia berdiam disana untuk menjagamu. Berharap ada satu ketika kau menatap langit, tersenyum. Akankah?
Apa yang kutakutkan malam ini? Aku serupa kanak-kanak yang termangu di sudut, berdiam diri. Menantikan yang dia cintai dan tak juga pulang, mungkin tak akan pernah pulang. Selamanya.
Kehilangan itu menakutkan, bahkan ketika itu cuma terjadi dalam benak. Dan tahukah kau, sedetik pun aku tak ingin kehilangan ingatanku padamu. Jadi tinggallah disana lebih lama. Berumahlah disana selamanya.
Sungguh ingin aku menyapamu malam ini, tapi aku tak ingin mengganggu keheningan hidupmu di ujung sana. Terkadang kesunyian harus menjadi milik kita sendiri, bukan.
Selamat tidur peri ajaibku, maafkan aku yang belum bisa terbiasa berpura-pura untuk tak merindukanmu. Jika nanti kau terbangun dan sempat membaca coretan-coretan ini, aku cuma butuh satu senyum darimu untuk tahu bukan cuma aku yang merindukanmu. Semoga.