(dari 15 april 2013 23.50)
Dibanding pediangan di musim dingin
atau kelindan kelamin yang menggali hangat dalam tubuh kekasih,
aku lebih butuh kau.
Tawaku akan menyala bila terpercik kerdip matamu
Alangkah senang berenang dan menyelam
hingga hangus di kobar tubuhmu
Aku bahkan akan bahagia andaikata seluruh dirimu adalah neraka
Siang-malam aku ingin menciummu,
biar matahari dan bintang-bintang terbakar cemburu,
agar samudera tidak membeku
Bagai anggur merah yang lembut ingin kucecap bara bibirmu,
demi gairahmu menyusur saluran darahku,
menyembur ke kaldera kalbu,
menanak masa kanakku
Kau magma di hati ibu yang menjaga hangat hidupku
Tinimbang para pesakitan yang mimpi tentang kebebasan abadi
atau para nabi yang mengabarkan kebenaran hakiki,
aku lebih perlu kau
Bersama kau aku akan sampai ke hening,
di mana aku bebas bernyanyi tanpa suara,
menari tanpa gerak,
terbang tanpa sayap
Aku akan mengasihi nasib buruk melebihi nasib baik mencintaiku
Singgahlah ke kata-kataku,
agar puisi ini tak menggigil dalam sepi
Kita bisa bercinta dengan panas sambil membayangkan
betapa hidupku akan kelam kalau kau padam
Lelehkan aku dengan lidahmu,
luluhkan lelahku,
kandaskan tubuh kuduskan ruh
Aku debu,
kelak kembali ke debu
Kita moksa dalam cinta,
menyatu dengan cahaya.