Larasati,
Wanita ngayogyakarta tak sepertimu kodratnya.
Lemah lembut, halus.
Seperti yang biasa kutemui.
Bukan layaknya dirimu,
yang mengumbar harum hingga busuknyapun tercium di sudut-sudut hening kota.
Penuh kepalsuan.
Guratan drama di wajahmu saja;
Cukup tuk menjelaskan kelicikan.
Sebagai pewaris Hamengkubuwono,
aku malu, Larasati!
Harus seperti inikah
Revolusimu menjadi kupu-kupu baja, Larasati?