Kabut

Selalu kaupanggil-panggil namaku
Aku mengangguk dan tersenyum kepadamu
Tapi sebenarnya kabutlah
Yang kaupanggil itu

Kauseret tubuhku, kaubawa ke perjalanan
Kau perkenalkan kepada setiap orang
Kabut pun menebal, diriku tersembunyikan

Tak kauingatkan sudah berapa topeng
Yang kautempelkan di wajahku?
Jadi engkau sendirilah ini, bukan aku

Tetangga, politik, dan persangkaan
Nafsu, idolatri, dan kepentingan
Mengepulkan debu, mengabuti sejatiku

Kita semua adalah Tuhan yang menyamar
Menyiksa diri dengan sejarah yang samar-samar
Kalau tak juga kautanggalkan topeng-topeng ini
Kepalsuan kita panggul sampai mati