Mungkin jika semua orang berkata tak ada manusia yang luput dari phobia, ketakutan akan sesuatu. Ada benarnya juga.
Hukum kausalitas terkadang menjadi satu-satunya hal yang membuatku percaya.
Percaya apa yang kutakuti - akan ada juga obatnya.
Malam itu tanggal 27 Oktober, ketika aku dan dia baru saja selesai mengikuti penutupan Hari Bersastra Yogya. Karena hari makin larut, dan badan serasa hancur.. Akhirnya kami memutuskan mengakhiri hari itu tanpa melakukan rencana semula (jalan ke Tamansari, Alkid dan sekitarnya) karena melihat pula bahwa sepertinya langit Yogya malam itu sebentar lagi akan menangis..
Jadilah kami meluncur menuju Nasi Goreng Padmanaba yang entah mengapa jadi favoritku.
Setelah tidak menghabiskan satu porsi jomblo, eh jumbo nya.. Kami memutuskan pulang. Lelah mengobrol ke kanan ke kiri tanpa arah, 30 menit kemudian kami tiba di Kawasan Jalan Kaliurang.
Mampir sebentar ke Circle K untuk membeli persediaan njagong malam itu, kami pulang.
Rintik - rintik mulai turun yang membuat si beat hitam yang kami tumpangi melaju lebih kencang.
Sayangnya, kami terpaksa ditahan oleh hujan di perempatan Ringroad yang terkenal lamanya-_-
HUJAN MAKIN BESAR RINTIKNYA...
Dan kami berhasil sampai rumah dengan Kuyub Basah.
Setibanya dirumah, kami segera bergegas masuk.
Aku membuka pintu sedangkan ia segera masuk kamar untuk berganti baju.
Baru saja akan kuhidupkan lampunya.. petir yang sangat keras (probably petir paling keras yang pernah kudengar) menyambar entah apa. Ia yang ada tepat di arah pukul 12ku segera berteriak, memanggil namaku, menyuruhku mendekat. Ia refleks memelukku.
Dan aku hanya meringkuk begitu saja dalam pelukannya. Terasa begitu tenang, damai.
Lepas itu,
Inilah obat yang Dia berikan padaku.
Tiap petir datang, kupejamkan mataku. Kubayangkan ia ada disana, membentangkan lengannya dan memelukku erat.
"Aku selalu bahagia saat hujan turun, karena aku dapat mengenalmu untukku sendiri.. Aku bisa tersenyum sepanjang hari karena hujan pernah menahanmu disini untukku.. :-)"