Tembok yang bolong

Pria tambun berhati sahaja itu bertuah padaku;
Tiga gadis pernah dikenalnya:
Yang satu, gemar berganti pacar.
Yang dua, setia pada pacar.
Yang tiga, tak pernah punya pacar.

Bukan isi ceritanya yang ku ingat,
Tapi perkataan kekasihku kemarin senja;
"Aku, tiga tahun membangun tembok untukmu dan untukku, begitu kuatnya.
Dengan susah payah; sepenuh hatiku.
Tak ku percaya tembok itu masih dapat didaki lantas dimasuki orang lain."

Kau hancur; akupun hancur.
Maaf, sungguh aku tak merencanakannya.
Menyanyanginya tanpa tahu bagaimana meredakannya.